Derby Sepak Bola Terpanas di Dunia - Olahraga Sepak bola merupakan Olahraga yang memiliki daya tarik tersendiri bagi sebagian kalangan. Sepak bola adalah Olahraga yang paling banyak digemari di dunia. Bahkan, banyak para penggemar sebuah klub sepak bola yang mencintai klub pujaanya mengalahkan kecintaanya terhadap sesama manusia.
Dalam sepak bola sendiri kadang menghasilkan sebuah persaingan yang sangat panas, terlebih jika persaingan kesua tim berada dalam lingkup satu kota yang biasa disebut Derby. Di dunia banyak sekali derby yang sangat panas karena tidak hanya menyangkut sepak bola, tapi juga agama, ras, bahkan politik.
Derby apa saja yang paling panas di dunia? berikut adalah derby-derby tersebut :
- Derby Della Capitale (SS Lazio dan AS Roma)
Derby ini adalah pertemuan dua klub ibukota Italia, Roma. AS Roma dan Lazio bermain di Stadion Olimpico. Derby ini dianggap sebagai derby terhebat di Italia selain derby Milano dan derby Torino. Menurut sejarah ada faktor sosial-ekonomi yang membuat derby ini jadi “mengerikan”. Lazio dibentuk oleh mereka yang berstatus menengan ke atas dan bermarkas di Roma sebelah utara kota. AS Roma bermarkas di daerah miskin di sebelah selatan kota. Di dalam stadion, para suporter Roma menempati tribun sebelah selatan (curva sud) dan Lazio di sebelah utara (curva nord).
Derby ini dimulai sejak Roma dan Lazio pertama kali berjumpa pada tanggal 8 Desember 1929. Ini artinya, Derby Della Capitale dimulai kala i Giallorossi berusia dua tahun dan Lazio sudah berdiri selama 29 tahun. Usia tak menjadi acuan mengenai siapa yang lebih kuat di Derby Della Capitale. Pada pertemuan pertama, Roma yang 27 tahun lebih muda dari Lazio berhasil mengakhiri pertandingan dengan skor tipis 1-0. Rodolfo Folk, pesepakbola berkebangsaan Kroasia-Italia adalah pencetak gol pertama di Derby Della Capitale. Ia menyarangkan bola ke gawang pada menit ke-77. Namanya seringkali diitaliakan menjadi Rodolfo Folchi.
Sejak pertama kali terjadi, Derby Della Capitale telah dilangsungkan di enam tempat berbeda: Campo Rondinella, Campo Testaccio, Stadio Nazionale PNF, Stadio Torino, Stadio Olimpico, dan Stadio Flaminio. Dino da Costa adalah pencetak gol terbanyak di laga ini dengan catatan 11 gol. Pemain aktif yang berdiri di posisi tertinggi di daftar ini adalah Francesco Totti dengan 8 gol di posisi ketiga.
Untuk catatan gol terbanyak dalam satu laga, Vincenzo Montella adalah rajanya. Ia mencetak 4 gol dalam kemenangan 5-1 yang diraih oleh Roma pada 11 Maret 2002. Francesco Totti juga merupakan pemegang rekor sebagai pemain dengan penampilan terbanyak di Derby Della Capitale. Sepanjang karirnya, sang Pangeran Roma telah melakoni 28 laga jenis ini. Arne Selmosson adalah satu-satunya pemain yang pernah menjebol gawang Roma dan gawang Lazio dalam laga Derby Della Capitale. Pemain asal Swedia ini bermain di Lazio pada musim tahun 1955 hingga 1958 sebelum menyeberang ke Roma dan bertahan di sana hingga ia memutuskan untuk pindah ke Udinese pada tahun 1961.
Roma secara tradisional merupakan klub milik warga kota, mereka dibentuk di tahun 1927 sebagai penggabungan dari tiga klub yang berbasis di Roma: Roman, Alba-Audace dan Fortitudo. Adalah niatan dari diktator rezim Fasis, Benito Mussolini untuk menciptakan klub kota Roma yang bersatu dan kuat demi menantang dominasi klub-klub dari utara Italia.
Namun berkat andil salah satu jenderalnya, Giorgio Vaccaro, Lazio menjadi satu-satunya tim besar yang tetap independen dan menolak penggabungan tersebut - dan hal itu menyebabkan rivalitas antara keduanya muncul sejak dini.
Derby Roma ini juga kerap dihiasi pemandangan dari sejumlah aksi yang terkait dengan status sosio-ekonomi fans. Tifosi Lazio seringkali menggunakan lambang swastika dan simbol fasis pada banner mereka, termasuk menunjukkan sejumlah aksi rasis selama derby. Yang paling menyita perhatian mungkin ketika di musim 1998-1999 para Laziali membentangkan banner sepanjang 50 meter melingkari Curva Nord yang bertuliskan, "Auschwitz adalah kotamu, oven adalah rumahmu." Para pemain Roma yang berkulit hitam pun biasanya menjadi objek cemoohan bernada rasis, salah satunya adalah ketika fans Lazio memasang banner bertuliskan, "Tim orang kulit hitam yang diikuti oleh orang Yahudi" sebagai respon dari banner suporter Roma yang bertuliskan, "Tim domba yang diikuti oleh para gembala". Sebagai efek dari aksi tersebut, fans Roma kerap diidentikkan memiliki faham sayap kiri, namun kenyataannya kedua klub memiliki ideologi sayap kanan atau fasis.
Derby Roma menjadi sorotan pemberitaan internasional di tahun 1979 ketika menjadi pertandingan pertama di Italia yang membawa korban jiwa akibat kekerasan. Seorang fans Roma berusia 18 tahun menembakkan kembang api menyeberangi lapangan, menewaskan fans Lazio, Vincenzo Paparelli.
Kericuhan besar juga terjadi pada derby di tahun 2004 ketika laga terpaksa dihentikan empat menit memasuki babak kedua, saat skor masih imbang tanpa gol, saat terjadi keributan di tribun penonton menyusul rumor yang menyebut seorang bocah terbunuh oleh mobil polisi di luar stadion. Tiga pemimpin ultras Roma pun sampai masuk ke lapangan dan berbicara dengan kapten tim, Francesco Totti yang kemudian meminta laga dihentikan.
Tak berhenti sampai di situ, keributan masih terjadi antara fans dan polisi di jalanan dekat stadion, dan memaksa 13 orang ditahan serta lebih dari 170 orang terluka. Laga tersebut dimainkan ulang pada tanggal 28 Maret dan berkesudahan imbang 1-1.
Derby di tahun 2009 lalu juga terpaksa dihentikan selama 7 menit ketika babak pertama baru berjalan selama 13 menit karena banyaknya kembang api yang dilemparkan ke tengah lapangan permainan.
Serby paling bersejarah adalah Derby Della Capitale yang berlangsung sebagai Final Copa Italia 2013 dimana Lazio memenangkan pertandingan dengan skor tipis 1-0. menjadi bersejarah karena yang memenangkan Derby ini berhak mengangkat piala Copa italia sedangkan pihak yang kalah hanya akan menyaksikan rival mereka bergembira dengan piala kemenangan.
- Old Firm (Celtic dan Ranger)
Old Firm begitulah rakyat Skotlandia menyebutnya, sebuah partai klasik nan dramatik. Namun kita lebih sering mendengar Old Firm dengan istilah Derby Glasgow yang mempertemukan tim asal kota Glasgow, yaitu Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers. Guardian.co.uk pun pernah mengklaim bahwa derby ini adalah derby terpanas didunia, layaknya Derby Della Capitale di Roma, bahkan Opta Joe berani terang-terangan bahwa El Clasico hanyalah pertandingan anak kecil jika dibandingkan dengan Derby Old Firm. Sebuah filosofi yang seakan membuat jantung kita berdebar jika menyaksikan Old Firm ini. Tak hanya unsur sepak bola saja yang terkandung dalam derby ini, unsur lain yang mungkin terdengar tak masuk akal yaitu Agama.
Kiasan Football more than just a game rupanya berdampak yang cukup tragis bagi Liga Skotlandia, pasalnya faham itu telah merasuk di liga yang hingga detik ini belum pernah ada stasiun televisi nasional yang menayangkannya. Masalah ini bukanlah masalah baru bagi Liga Skotlandia, pasalnya liga-liga lain pun juga memiliki pertandingan yang memiliki faham yang sama namun hanya berbeda latar belakangnya saja. Penyerang asal Brazil, Vagner Love, yang pernah membela Glasgow Rangers pun melontarkan puisi semu yang konon katanya adalah sebuah kutukan bagi Glasgow Celtic You’re just a Dog, Celtic! kutukan Vagner Love rupanya tak berdampak apapun bagi Glasgow Celtic, bahkan dikancah Eropa pun Glasgow Celtic masih memiliki catatan yang cukup baik dibanding rival abadi mereka.
Dulu diranah Skotlandia ada dua agama yang digadang-gadang sebagai pemicu api rivalitas tersebut, yaitu Kristen Protestan dan Katolik Kubu Glasgow Rangers menganut Kristen Protestan sedangkan Glasgow Rangers penganut Katolik. Namun itulah kenyataanya, bagi pendukung kedua tim Derby Old Firm tak hanya sekedar pertandingan sepak bola melainkan pertandingan melawan agama lain yang mereka anggap bertentangan. Seorang pendukung dari Glasgow Celtic, Michael O’Farrel berkata: “Aku terlahir sebagai pendukung Celtic dan sekolah di sekolah Katolik, namun aku tak memiliki pandangan bahwa Old Firm adalah suatu keharusan untuk membunuh sang rival”. Jika selama ini kita lebih sering mendengar penggemar melantunkan pujian-pujian untuk mendukung tim kesayangannya untuk bermain lebih baik atau untuk mengejek tim lawan, malangnya konsep tersebut tak berlaku bagi pendukung Celtic maupun Rangers, mereka lebih gemar melantukan pujian untuk mengejek agama sang rival.
Derby Old Firm telah berlangsung sejak 1889, kala itu sepak bola tak sepopuler saat ini. Status negara yang tengah bergejolak, keuangan negara yang masih rumit, ternyata itu bukanlah halangan bagi kedua tim untuk memulai api kebencian Celtic dan Rangers. Total, kedua tim telah bertemu sebanyak 399 kali dimana Rangers menang 159 dan Celtic 144 kali menang, sisanya berakhir imbang. Tahun 1993 adalah puncak dari drama prestise kedua tim, setidaknya 113 orang ditangkap polisi Skotlandia akibat kerusuhan sebelum ataupun sesudah Derby Old Firm. Kejadian ini bermula ketika salah satu dari pendukung Celtic melempar flare kearah wasit Hugh Dallas yang kala itu memimpin pertandingan yang berakhir 3 – 0 untuk Rangers. Pendukung Rangers pun tak tinggal diam, mereka membalas aksi bodoh dari pendukung Celtic dengan menghujani mereka dengan botol-botol minuman keras, wajar saja ditahun itu pengamanan stadion belum ketat seperti sekarang apalagi jika Derby Old Firm ini bertemu.
Sebuah universitas di Skotlandia pernah melakukan riset ditahun 2004 – 2005, bahwa 33 % dari kedua kubu adalah pendukung yang mengatas namakan Rangers atau Celtic, dan 67 % mengatas namakan agama. Di tahun 2011 salah satu staff dari Celtic dikirimi bingkisan Natal oleh seseorang yang hingga detik ini pun belum diketahui oleh kepolisian Skotlandia, setelah bingkisan itu dibuka ternyata isinya adalah bom dan beberapa butiran peluru dan sebuah pesan “Kau bagian dari Celtic dan kau harus mati!”. Dr John Kelly dari Universitas Ediburgh mengklaim bahwa peristiwa tersebut adalah bagian dari pudarnya rivalitas berbasis agama antara kedua kubu.
Pernyataan dari Dr John Kelly ini rupanya tak sesuai kenyatannya, buktinya di era sepak bola seperti sekarang masih saja kita mendengar atau menyaksikan Derby Old Firm masih kental dengan aroma agama. Namun ada beberapa dari pendukung kedua kubu ini masih mempertahankan idealogi mereka bahwa Bunuh mereka atau kita akan terbunuh! kita semua memiliki harapan bahwa di masa depan, kelak sepak bola akan dipandang sebagaimana mestinya, yaitu sebuah olah raga yang bisa mendamaikan berbagai aspek bukan memecah-belahkan segala aspek demi kepentingan yang tidak masuk akal.
- Derby Manchester (Manchester United dan Manchester City)
Derby Manchester, adalah pertandingan antara dua tim di kota Manchester. City yang berbasis di timur Manchester di Etihad Stadium dan United di selatan barat Manchester di Old Trafford.
Pertemuan pertama kedua tim terjadi pada tanggal 12 November 1881, dimana ketika itu West Gorton (St Marks) -yang kemudian menjadi Manchester City FC- dan Newton Heath -yang kini menjadi Manchester United- dipertemukan. Pertandingan itu dimenangkan oleh Heathens(United) dengan skor 3-0, dan partai itu disebut-sebut sebagai partai yang sangat menghibur. Barulah pada tahun 1880-an kedua tim mulai berkembang, dua tim ini menjadi tim yang paling dominan di kota Manchester. Pada tahun 1888-1893 baik Newton Heath maupun Ardwick (City) selalu besaing untuk memperebutkan Piala Manchester. Barulah pada tahun 1892 kedua tim masuk ke Foootball League, Newton Heath langsung masuk ke divisi utama sedangkan Ardwick ke divisi II yang baru.
Derby Manchester telah digelar sebanyak 164 kali, dari jumlah ini MU tercatat 68 kali memenangkan Derby Manchester, 46 kali dikalahkan City, dan 50 laga lainnya berakhir imbang. Namun, penampilan impresif City dalam empat tahun terakhir membuat laga yang dikenal dengan nama Derby Manchester ini pun semakin menarik. Bahkan Manchester City berhasil meraih kemenangan di Old Trafford, dengan skor telak 6-1. Para Mancunian (julukan suporter Manchester United) pasti tidak bakal melupakan kekalahan menyakitkan ini. Namun, yang paling paling menyakitkan adalah ketika gelar juara Manchester United berhasil dicuri pasukan Roberto Mancini (pelatih Manchester City saat itu) di 3 menit pertandingan terakhir Liga Inggris! Manchester City berhasil membalikkan keadaan saat mengalahkan Queens Park Rangers (3-2) untuk memastikan gelar juara Liga Primer Inggris. Di pertandingan lainnya kemenangan Manchester United atas Sunderland menjadi sia-sia. Gelar juara yang dramatis.
- Derby Della Madonnina (Inter Milan dan AC Milan)
Cerita tentang lahirnya persaingan antara kedua klub bermula tanggal 16 Desember 1899 dimana waktu itu hanya ada Klub Kriket dan Sepakbola Milan yang didirikan oleh Alfred Edwards. Saat itu ia menjadi presiden dari Klub Kriket dan Sepakbola Milan. Dibantu oleh Herbert Kilpin yang menjadi kapten klub sepakbola. Pada 9 Maret 1908, perselisihan mengenai dominasi pemain Italia dan Inggris di klub Ac Milan menyebabkan sekumpulan orang Italia dan Swiss memecahkan diri dari Ac Milan untuk membentuk klubnya sendiri. Nama Internazionale diambil karena pendirinya ingin membuat satu klub yang terdiri dari banyak pemain dari negara luar. Pada era itu, Inter identik dengan kaum borjuis sedangkan Milan dengan kelas pekerjanya. Ternyata selain berbeda visi, suporter kedua tim juga memiliki perbedaan stratifikasi sosial yang menjadi alasan mengapa persaingan kedua klub kota Milan ini begitu panas.
Derby della Madonnina mengambil nama dari patung ikonik Bunda Maria yang terletak di atas Duomo di Milano atau Katedral Milan yang biasa disebut oleh warga Milano sebagai ‘Madonnina’.
Derby Milan pertama kali terjadi pada tahun 1908 dalam ajang Coppa Chiasso yang dimenangkan Milan 2-1. Kedua klub awalnya bersatu di bawah nama ‘Milan Cricket and Football Club’ yang dipelopori dan dibentuk oleh dua ekspatriat Inggris, Herbert Kilpin dan Alfred Edwards pada 16 Desember 1899. Milan meraih scudetto pertamanya pada tahun 1901 lalu tahun 1906 dan 1907 sebelum muncul perseteruan yang tidak menemui kata sepakat dalam hal kebijakan merekrut para pemain asing sehingga berujung pada perpecahan klub. Grup pemuda asli Italia dan imigran Swiss yang dipimpin oleh Giorgio Muggiani, Pietro Dell'Oro dan Hintermann bersaudara (Enrico, Arturo dan Carlo) lalu membentuk ‘Football Club Internazionale’ pada 9 Maret 1908. Inter sukses meraih scudetto pertamanya tahun 1910 di bawah kepemimpinan kapten dan pelatih Virgilio Fossati lalu menambah koleksi lima scudetto (1910, 1920, 1930, 1938, 1940).
Sementara di lain pihak, Milan baru dapat kembali meraih gelar scudetto pada musim 1950-51 saat era Il Grande Milan yang dimotori Cesare Maldini, Lorenzo Buffon dan Carlo Annovazzi serta trio ikonik Gre-No-Li asal Swedia. Gunnar Nordahl datang ke San Siro pada awal musim 1948-49 diikuti Gunnar Gren dan Nils Liedholm pada musim berikutnya dan mereka berperan besar dalam menyumbangkan empat scudetto untuk Milan.
- El Superclasico (River Plate dan Boca Juniors)
Inilah Superclásico Argentina. Kedua tim sama-sama berasal dari Buenos Aires. Bagi mereka yang belum tahu, Buenos Aires adalah nama ibukota Argentina. Kota ini mirip seperti Jabodetabek-lah dalam soal kepadatan dan populasinya, tapi setengahnya lebih kecil. Penduduknya hanya 13 juta. Bandingkan dengan Jabodetabek yang mencapai 23 juta.
Keduanya sama-sama didirikan di La Boca, sebuah kawasan kota tua di Buenos Aires, dekat sekali dengan pelabuhan. River Plate didirikan tahun 1901 dan Boca Juniors 1905. Selang beberapa belas tahun kemudian River pindah ke sebuah kawasan lain di utara Buenos Aires, sebuah kawasan elit, yang kemudian menyumbang banyak hal pada kebencian kedua kubu.
Boca dianggap sebagai tim wong cilik, dengan sebagian besar fans berasal dari kelas pekerja, dengan latar belakang etnis keturunan imigran Italia. Sebaliknya, River dikenal dengan julukan klubnya orang kaya raya, Los Millonarios.
Belakangan, fans berasal tidak melulu dari kelas bawah atau pun atas, namun merata. Namun semangat permusuhan sudah terlanjur disulut dan diwariskan secara turun temurun.
Penggemar Boca menjuluki pemain River sebagai “penakut” karena keengganan mereka berbenturan fisik selama bermain bola. Sebaliknya, fans River menjuluki Boca dengan “bau babi” atau “bau tahi” karena stadion La Bombonera dihiasi warna-warni kuning tahi khas seragam Boca. Selain itu, konon ada cerita bahwa lokasi di mana La Bombonera berdiri sekarang ini adalah bekas peternakan babi yang sangat bau. Sebaliknya, nama stadion River Plate adalah El Monumental.
Warna-warni spanduk, kertas beterbangan, baju yang seragam, kain-kain kecil, bendera, musik, bunyi tambur dan drum yang dipukul, nyanyian, lagu-lagu ejekan, seruan, sorakan, dan sumpah serapah adalah apa yang bisa digambarkan terjadi selama pertandingan berlangsung. Suasananya mirip perta bola sungguhanlah, bedanya ini cuma masalah gengsi satu kota saja.
Tak hanya itu, aroma bumbu kekerasan tak lupa menjadi ciri khas dari super classico ini. Setiap derby digelar ada saja suporter atau polisi yang masuk rumah sakit. Kekerasan terparah akibat derby ini terjadi pada tahun 23 Juni 1968, saat 71 penggemar Boca tewas dan 150 orang lainnya luka-luka akibat kerusuhan di atas tribun yang terjadi di sektor 12 El Monumental. Orang akan lebih mengenal tragedi itu dengan sebutan “Puerta 12″.
Meski begitu tontonan derby yang satu ini bukan hanya konsumsi Buenos Aires saja. Bukan juga hanya ditonton di TV Argentina melulu. Derby River vs Boca adalah konsumsi seluruh penduduk Amerika Selatan. Reputasi laga ini terkenal sampai ke seluruh dunia. Tak ada laga lainnya di Amerika Latin yang ditonton segitu banyak orang selain yang satu ini.
Di Argentina sendiri, Boca disokong 40% populasi. River Plate yang lebih elit hanya 33%.
Data head-to-head mereka sampai dengan tahun 2012 ini adalah sebagai berikut: Di kompetisi nasional, Boca Juniors unggul vs River Plate 72 vs 66, dengan 60 laga sisanya draw. Si pertandingan persahabatan, 43 vs 32 untuk Boca, 34 sisanya draw.
Saking getirnya persaingan dua kubu, permusuhan mereka juga terbawa-bawa sampai ke luar negeri. Ketika Boca Juniors gagal meraih Piala Intercontinental Champions (di mana klub juara setiap benua saling diadu) tahun 2007, kegagalan mereka dirayakan dengan penuh kegembiraan di jalan-jalan Buenos Aires oleh pendukung River Plate.
Banyak cerita soal tragedi ini. Ada yang bilang insiden dimulai saat fans Boca melempari polisi dengan air kencing. Saksi lain bilang, kerusuhan terjadi karena fans River menyerbu ke tempat penonton Boca berdiri. Ada pula yang mengatakan pintu stadion terkunci dari luar saat kerusuhan meledak. Pemerintah Argentina sendiri akhirnya mengakhiri penyelidikan dengan kesimpulan tidak ada tersangka.
Pertandingan kompetitif pertama antara Arsenal dan Tottenham terjadi pada tahun 1909. Kala itu The Gunners berhasil meraih kemenangan tipis 1-0. Sebelumnya, kedua klub telah bertemu dalam sebuah laga persahabatan pada tanggal 19 November 1887. Persaingan benar-benar dimulai saat Arsenal pindah dari Plumstead ke Highbury yang terletak di London Utara. Inilah yang memunculkan persaingan sengit karena markas mereka hanya berjarak empat kilometer.
Persaingan kedua kubu memang sengit, panas, dan pahit. Hal ini tentu tak lepas dari sejarah, tepatnya pada era 1910-an. Adalah Sir Henry Norris yang disebut sebagai yang bertanggung jawab atas lahirnya rivalitas ini.
Norris adalah yang memindahkan Arsenal ke London Utara dan memicu rivalitas kian panas. Semua berawal saat usai Perang Dunia I. Kala itu, Divisi I memutuskan untuk menambah dua anggota, dari 20 menjadi 22. Logisnya, dua klub yang berada di peringkat 19 (Chelsea) dan 20 (Spurs) Divisi I akan tetap bertahan. Sedangkan juara (Derby) dan peringkat kedua (Preston) Divisi II akan naik kasta.
Namun, kemudian Arsenal yang dipimpin Norris membuat langkah mengejutkan. Norris menyatakan jika Arsenal yang merupakan klub terlama yang ada di liga, lebih layak berada di Divisi I ketimbang Spurs. Langkah Arsenal ini kemudian diikuti Nottingham Forest, Birmingham, dan Hull. Semuanya ikut mengajukan aplikasi.
Akhirnya, keputusan pun diamlbil lewat jalan voting. Hasilnya, Arsenal yang saat kompetisi dihentikan karena Perang Dunia I pecah berada di peringkat ke-5 Divisi II pun merebut suara terbanyak dan dinyatakan berhak berada di Divisi I. Sedangkan tetangga terdekat mereka, Spurs harus rela turun kasta. Suporter Spurs menuding semua ini adalah hasil konspirasi yang didalangi Norris. Kebencian Spurs terhadap Arsenal pun kian menjadi hingga detik ini. Bagi fans Spurs, Arsenal bertanggung jawab atas terbuangnya mereka ke Divisi II.
Selama beberapa dekade, Arsenal menjadi klub paling dominan di London Utara. The Gunners lebih unggul dibanding pesaing mereka, setidaknya itulah yang tercatat dalam buku sejarah Arsenal. Namun dalam beberapa tahun terakhir Tottenham mulai mengubah gaya permainan mereka dan menjadi penantang serius Arsenal. Dalam dua musim terakhir kedua klub ini bahkan telah berbagi kemenangan. Tottenham memenangi dua pertandingan dengan skor 2-1, sementara Arsenal meraih kemenangan 5-2 pada dua kesempatan.
Sebuah laga derby terasa tak bergairah tanpa dukungan langsung dari para suporter masing-masing kesebelasan. Bagi Arsenal dan Spurs, dukungan dari para penggemar mereka dari bangku penonton tentu menambah semangat dan motivasi mereka saat berlaga. Kedua tim ini juga dikenal memiliki basis pendukung dalam jumlah yang cukup besar.
Itulah beberapa Derby Sepak Bola Terpanas di Dunia, sejatinya sepak bola adalah sebuah olahraga untuk melatih sportifitas dan bukan sebagai pembeda dan alasan untuk saling membenci antar sesama fans sebuah tim sepak bola.