Sejarah terbentuknya klub sepakbola SS LAZIO - Società Sportiva Lazio atau yang lebih dikenal dengan nama Lazio, adalah sebuah perkumpulan olahraga profesional Italia yang mempunyai 40 cabang olahraga, membuat Lazio menjadi persatuan olahraga terbanyak di seluruh dunia. Lazio berbasis di Roma, ibu kota Italia, yang terkenal karena cabang sepak bolanya. Perkumpulan yang didirikan pada 1900 itu bermain di Serie A dan menghabiskan sebagian besar sejarah mereka di level tertinggi.
Dalam sepakbola, Lazio memiliki beberapa gelar juara yang di antaranya : 2 gelar juara Serie A (tahun 1974 dan pada tahun 2000), 6 kali juara Coppa Italia (tahun 1958, 1998, 2000, 2004, 2009, dan 2013), 3 gelar juara Super Italia (tahun 1998, 2000 dan 2009), 1 gelar juara piala Winners (1999) dan 1 gelar juara Super Eropa (tahun 1999).
Skuad Lazio saat menjadi juara Serie A pada tahun 1974 |
Lazio memiliki warna Jersey biru langit dan kaus kaki putih. Markas Lazio sendiri adalah Stadio Olimpico di Roma, yang berkapasitas 72,689. Mereka berbagi stadion tersebut dengan A.S. Roma yang menjadi Rival abadi Lazio yang saling bertarung dalam laga Derby della Capitale (Derbi ibu kota, atau derbi Roma) sejak 1929.
Perjalanan SS LAZIO
Società Podistica Lazio didirikan pada 9 Januari 1900 di distrik Prati di Roma. Lazio secara resmi meluncurkan cabang sepak bolanya pada tanggal 9 Januari 1910. Pemilihan nama klub sendiri tidak menggunakan nama Kota asal tim tersebut, seperti yang dilakukan AC Milan, AS Roma, Genoa, dan Palermo, melainkan menggunakan nama Regional LAZIO, Regional Lazio membawahi 5 propinsi yaitu Propinsi Frosinnone, Propinsi Latina, Propinsi Rieti, Propinsi Viterbo dan Propinsi Roma. Kota Roma dipilih sebagai lokasi pendeklarasian dan kantor pusat, karena Kota Roma adalah ibukota Dan memang pada kenyataannya, SS Lazio membawahi aktivitas semua cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade, dan beraktivitas meliputi kelima propinsi di regional Lazio, tidak hanya di Roma.
Regional Lazio |
bergabung dengan liga pada 1912 segera setelah Federasi Sepak Bola Italia mulai mengorganisir kejuaraan di bagian selatan dan tengah Italia, dan mencapai play-off final kejuaraan nasional tiga kali, tetapi tak pernah menang.
Pada 1927, Mario Azzi adalah satu-satunya klub asal Roma yang bertahan dari percobaan rezim Fasis Bennito Mussolini untuk menggabungkan semua klub sepak bola di kota tersebut yang kini menjadi A.S. Roma.
Klub bermain di musim pertama Serie A pada 1929, dipimpin penyerang legendaris Silvio Piola, mencapai peringkat kedua di klasemen akhir pada 1937 - hasil terbaik sebelum perang.
Silvio Piola |
Pada dekade 1950an, Lazio berada dalam masa naik-turun dengan kemenangan Piala Italia pada 1958. Lazio terdegradasi buat pertama kali pada 1961 ke Serie B, tetapi kembali ke level tertinggi dua tahun kemudian. Setelah beberapa kali mengakhiri musim di papan tengah, mereka terdegradasi kembali pada 1970-71. Kembali ke Serie A pada 1972-73, Lazio langsung menjadi penantang utama Milan dan Juventus dalam rangka mengejar scudetto, hanya kalah di hari terakhir musim tersebut, dengan tim bermaterikan kapten Giuseppe Wilson, dan juga Luciano Re Cecconi, Mario Frustalupi, penyerang Giorgio Chinaglia dan pelatih Tommaso Maestrelli. Lazio memenangi liga pada 1973-74. Namun begitu, kematian tragis Re Cecconi dan Maestrelli, dan juga kepergian Chinaglia, kontan melemahkan tim.
Giorgio Chinaglia |
Kebangkitan Bruno Giordano di periode tersebut sedikit melegakan dan ia mengakhiri musim sebagai pencetak gol terbanyak di liga pada 1979, saat Lazio menduduki peringkat 8 klasemen akhir. Lazio dihukum degradasi ke Serie B pada 1980 karena skandal perjudian bersama Milan. Mereka terpuruk di divisi kedua selama tiga musim, yang diingat sebagai salah satu masa terkelam dalam sejarah Lazio. Klub kembali ke divisi tertinggi pada 1983 dan selamat dari degradasi pada musim selanjutnya. Musim 1984-85 sangat buruk: mereka menyelesaikan musim dengan 15 poin dan menjadi juru kunci klasemen.
Pada 1986, poin Lazio di liga dikurangi sembilan karena skandal perjudian yang melibatkan pemain mereka, Claudio Vinazzani. Perjuangan keras menghindari degradasi diikuti musim yang sama di Serie B, dipimpin Eugenio Fascetti sukses terhindar dari degradasi ke Serie C setelah mengalahkan tim seperti Taranto dan Campobasso. Ini adalah titik balik sejarah klub, dengan Lazio kembali ke divisi puncak pada 1988, dan dibawah pengurusan keuangan yang amat berhati-hati Gianmarco Calleri, klub berhasil bertahan dan mematenkan diri sebagai klub divisi atas.
Sergio Cragnotti |
Kedatangan Sergio Cragnotti pada 1992, mengubah sejarah klub tersebut karena investasi jangka panjangnya di para pemain baru untuk menjadikan Lazio sebagai klub penantangscudetto. Cragnotti berturut-turut memecahkan rekor transfer untuk pemain yang ia anggap sebagai bintang utama, Juan Sebastian Veron seharga £18 juta, Christian Vieri seharga £19 juta dan memecahkan rekor transfer dunia dengan membeli Hernan Crespo dari Parma seharga £35 juta.
Lazio menjadi runners-up Serie A pada 1995, peringkat ketiga pada 1996, peringkat empat pada 1997 dan hanya terpisah satu poin dari Milan di laga terakhir liga pada 1999. Pemain-pemain seperti Siniša Mihajlović (kini melatih Sampdoria), Alessandro Nesta, Marcelo Salas, Roberto Mancini (mantan pelatih Intermilan, Manchester City dan kini melatih Galatasaray), Diego Simeone (kini melatih Atletico Madrid), Mattias Almeyda (kini melatih klub argentina, Banfield), Simone Inzaghi (kini melatih tim Primavera Lazio) dan Pavel Nedvěd (kini menjabat sebagai Direktur olahraga Juventus) di tim utama, akhirnya memenangi scudetto kedua pada 2000, dan juga memenangi Piala Italia, dengan Alesandro Nesta sebagai Kapten dan Sven-Göran Eriksson sebagai pelatih mereka.
Skuad Lazio pada tahun 2000 |
Lazio kembali memenangi Piala Italia pada 1998 dan 2004, dua Piala Super Italia, dan juga edisi terakhir Piala Winners UEFA pada 1999. Mereka juga mencapai final Piala UEFA pada 1999, tetapi takluk 0-3 dari Inter Milan. Skuat penuh bintang ini juga memenangi Piala Super Eropa pada 1999 setelah mengalahkan Manchester United.
Lazio menjuarai Piala Super Eropa |
Meskipun begitu, pada 2002, sebuah skandal keuangan melibatkan Cragnotti dan perusahaan makanan multinasional, Cirio, memaksanya meninggalkan klub, dan Lazio dikontrol oleh manajer keuangan sementara dan bank. Hal ini memaksa klub untuk menjual pemain bintang dan bahkan menjual kapten Alessandro Nesta. Pada 2004, pengusaha Claudio Lotitomembeli mayoritas saham klub.
Pada 2006, mereka lolos ke Piala UEFA dibawah pelatih Delio Rossi. Meskipun begitu, klub dilarang tampil di kompetisi Eropa karena skandal pengaturan skor.
Miroslav klose |
Pada 2006-07, meskipun terkena pengurangan poin, Lazio sukses meraih peringkat ketiga Serie A, dan lolos ke babak kualifikasi Liga Champions UEFA, dimana mereka sukses menekuk Dinamo Bucureşti dan melaju ke fase grup, berakhir di peringkat keempat di grup yang terdiri atas Real Madrid, Werder Bremen dan Olympiacos. Di liga sendiri, Lazio terseok-seok dan berakhir di peringkat ke-12. Pada 2008-09, klub memenangi Piala Italia kelima mereka, mengalahkan Sampdoriadi final.
Lazio memulai musim 2009-10 dengan memenangi Piala Super Italia di Beijing, mengalahkan Inter 2-1 lewat gol Matuzalémdan Tommaso Rocchi Ditahun 2013 Lazio tampil sebagai coppa italia dengan mengalahkan As Roma 0-1.
Juni tahun 2011 Lazio kembali mendatangkan bintang, yakni Mirolav Klose dan Djibril Cisse. dua pemain gaek ini menjadi ujung tombak lazio. Klose mampu menjadi idola baru untuk para Curva Nord Lazio melalui Gol-golnya, berbeda dengan Cisse yang hanya mampu memberikan 2 Gol yang membuatnya harus pergi ke Queens Park Rangers pada pertengahan musim sementara klose terus berkontribusi melalui gol demi gol yang dia ciptakan.
Gol Senad Lulic ke gawang AS Roma |
Tahun 2013 adalah masa kebangkitan Lazio dan menjadi tahun yang bersejarah bagi tim tersebut dengan menjuarai Coppa Italia setelah melakoni laga final yang merangkap DERBY DELLA CAPITALE, dimana laga tersebut kedua tim pertama kali melakoni derby di laga final Coppa italia. dalam laga yang penuh emosi tersebut Lazio berhasil mengalahkan tim Rivalnya dengan skor tipis 0-1 melalui gol dari Senad lulic di menit '71. tak ayal pemain tersebut menjadi pemain pujaan bagi fans Lazio atas gol yang sangat berharga bagi tim.
Musim 2013 - 2014 menjadi musim yang buruk bagi Lazio dimana klub tersebut hanya mampu finish di peringkat 9 klasemen akhir dengan 56 Poin dari 38 pertandingan (15 kali menang, 11 imbang dan 12 kali kalah) terpaut 1 Poin dari AC Milan yang berada 1 tingkat diatasnya dan 46 Poin dari juara bertahan Juventus yang mengoleksi 102 Poin.
Lazio menjuarai Coppa Italia pada tahun 2013 |
LAMBANG DAN JERSEY
Warna Lazio identik dengan warna putih dan biru langit yang terinspirasi oleh simbol negara Yunani, karena Lazio adalah perkumpulan berbagai cabang olah raga sebagai pengakuan terhadap Olimpiade yang menjadi tradisi olah raga dari negara Yunani.
Pada awalnya Lazio mengenakan kostum yang terbagi atas warna putih dan biru langit yang saling berpotongan dengan celana dan kaus kaki hitam. Setelah itu Lazio mengenakan kostum dengan warna putih untuk jangka waktu pendek, kemudian mengubah warna seperti warna yang digunakan saat ini. Pada musim kompetisi lain Lazio mengenakan kostum dengan warna biru langit dan strip putih, tapi pada umumnya menggunakan warna biru langit dengan warna putih tipis, serta celana putih dan kaos kaki putih.
Kostum Lazio |
Meski beberapa kali berganti simbol, namun Simbol Lazio memilikii ciri khas bergambar burung elang, yang dipilih oleh pendiri Lazio, yaitu Luigi Bigiarelli. Simbol elang diketahui sebagai emblem dari tentara Kekaisaran Romawi yang dikenal dengan Aquila; Legiun Romawi membawa simbol elang ini ketika berperang. Lazio dengan simbolnya mendapatkan julukan; le Aquile (Si Elang) dan Aquilotti (Si Elang Muda). Simbol klub saat ini menampilkan elang emas diatas perisai putih dengan garis biru; dalam perisai terdapat nama klub dan perisai tripartit kecil dengan warna dari klub.
Lambang Lazio |
Supporter
Jumlah Supporter lazio menempati keenam di seluruh Italia, yaitu sekitar 2% (berdasarkan penelitian dari la Repubblica pada Agustus 2008). Para pendukung utama Lazio terutama berdomisili di utara kota Roma.
Irriducibili Lazio yang didirikan pada tahun 1987 adalah sebuah wadah untuk suporter fanatik dari klub Lazio yang terbesar dan terbanyak anggotanya di Italia, tapi selama musim 2009-10, Banda Noantri mengambil alih kepemimpinan atas Curva Nord. Pada setiap pertandingan, ultras Lazio menampilkan gaya mendukung dari pendukung Inggris dengan mengadopsi setiap cara mendukungnya. Khusus untuk Derby della Capitale, ultras Lazio menampilkan gaya tradisional pendukung ultras Italia.
Curva Nord Lazio |
Roma secara tradisional merupakan klub milik warga kota, mereka dibentuk di tahun 1927 sebagai penggabungan dari tiga klub yang berbasis di Roma: Roman, Alba-Audace dan Fortitudo.
Saat diktator fasis Benito Mussolini berkuasa di Italia, dia memerintahkan semua klub di kota Roma di-merger menjadi AS Roma tahun 1927. Semua mematuhi, kecuali SS Lazio yang menentang dan tetap berdiri sendiri. AS Roma dikuasai oleh golongan kiri dan didukung oleh kelas buruh dan masyarakat Yahudi (kelompok serupa yang mendukung AC Milan)
Mussolini sendiri kerap dikaitkan dengan Biancocelesti, namun sejatinya ia berambisi melihat kedua klub ibukota itu sukses - bahkan, gelar juara pertama milik Roma di tahun 1942, disebut karena andil sang diktator. Helenio Herrera yang memimpin Giallorossi di tahun 1968, belakangan membenarkan teori tersebut saat ia mengatakan, "Mereka memenangkan satu-satunya scudetto mereka karena Mussolini."
Laga pertama derby ini pada 8 Desember 1929, dimenangi oleh Roma dan segera rivalitas kedua tim pun membara. Meski fans keduanya mengutuk arogansi tim-tim besar dari Italia utara, jelas sekali jika mereka pun saling membenci satu sama lain. Fakta bahwa baik Lazio maupun Roma tak memenangi banyak trofi besar dibandingkan tim-tim dari utara, juga menjadikan derby ini sebagai kesempatan untuk membuktikan siapa yang lebih dominan di ibukota.
Irriducibilli Lazio
|
Suporter fanatik atau ultras Lazio yang biasanya menempati sisi utara atau Curva Nord dari Stadion Olimpico Roma, kerap dipandang sebagai orang luar oleh tifosi Roma di sisi selatan atau Curva Sud, karena mereka disebut banyak datang dari luar kota Roma; dan fans Lazio membalasnya dengan mengatakan jika merekalah yang membawa sepak bola ke kota Roma, mengingat Lazio didirikan di tahun 1900, jauh lebih dini dari Roma yang dibentuk di tahun 1927.
Stefan Radu VS Mexes & De Rossi |
Derby Roma ini juga kerap dihiasi pemandangan dari sejumlah aksi yang terkait dengan status sosio-ekonomi fans. Tifosi Lazio seringkali menggunakan lambang swastika dan simbol fasis pada banner mereka, termasuk menunjukkan sejumlah aksi rasis selama derby. Yang paling menyita perhatian mungkin ketika di musim 1998-1999 para Laziali membentangkan banner sepanjang 50 meter melingkari Curva Nord yang bertuliskan, "Auschwitz adalah kotamu, oven adalah rumahmu." Para pemain Roma yang berkulit hitam pun biasanya menjadi objek cemoohan bernada rasis, salah satunya adalah ketika fans Lazio memasang banner bertuliskan, "Tim orang kulit hitam yang diikuti oleh orang Yahudi" sebagai respon dari banner suporter Roma yang bertuliskan, "Tim domba yang diikuti oleh para gembala".
Sebagai efek dari aksi tersebut, fans Roma kerap diidentikkan memiliki faham sayap kiri, namun kenyataannya kedua klub memiliki ideologi sayap kanan atau fasis.
Derby Roma menjadi sorotan pemberitaan internasional di tahun 1979 ketika menjadi pertandingan pertama di Italia yang membawa korban jiwa akibat kekerasan. Seorang fans Roma berusia 18 tahun menembakkan kembang api menyeberangi lapangan, menewaskan fans Lazio, Vincenzo Paparelli.
Kericuhan besar juga terjadi pada derby di tahun 2004 ketika laga terpaksa dihentikan empat menit memasuki babak kedua, saat skor masih imbang tanpa gol, saat terjadi keributan di tribun penonton menyusul rumor yang menyebut seorang bocah terbunuh oleh mobil polisi di luar stadion. Tiga pemimpin ultras Roma pun sampai masuk ke lapangan dan berbicara dengan kapten tim, Francesco Totti yang kemudian meminta laga dihentikan.
Derby Della Capitale |
Tak berhenti sampai di situ, keributan masih terjadi antara fans dan polisi di jalanan dekat stadion, dan memaksa 13 orang ditahan serta lebih dari 170 orang terluka. Laga tersebut dimainkan ulang pada tanggal 28 Maret dan berkesudahan imbang 1-1.
Derby di tahun 2009 lalu juga terpaksa dihentikan selama 7 menit ketika babak pertama baru berjalan selama 13 menit karena banyaknya kembang api yang dilemparkan ke tengah lapangan permainan
Gamellagio Curva Nord Lazio dan Intermilan |
selain memiliki rival, Supporter Lazio juga memiliki teman dan kedekatan dengan pendukung tim lain, yaitu dengan Inter Milan, Triestina, dan Hellas Verona. Selain memiliki teman dan kedekatan dengan pendukung tim lain di Italia, Lazio juga memilikinya di Eropa, yaitu dengan suporter Real Madrid, Espanyol, Levski Sofia, Norwich City, Liverpool, Westham United dan Chelsea.
da sempre fieri del nostro gemellagio (kami selalu bangga dengan gamellagio) |
Dengan Fans inter milan, Para Laziale memiliki hubungan yang sangat erat yang di sebut GAMELLAGIO. Awal mula Gamellagio ini adalah saat kedua suporter bertemu dalam final UEFA Cup tahun 1998 di Paris yang dimenangkan Inter dengan 3-0. Sikap ksatria Irriducibili Lazio dan sikap simpatik Boys SAN Inter membuat kedua suporter mendapatkan penghargaan fair play dari UEFA. Dan saat itu tercapailah kesepakatan persaudaraan antara Laziali dan Interisti yang makin menguat hingga hari ini.
selain kejadian diatas, kedua klub memiliki beberapa kesamaan yang membuat fans mereka merasa memiliki takdir yang sama, diantaranya adalah kesamaan sejarah tim yang enggan di merger oleh Mussolini dan kesamaan menempati tribun Curva Nord di stadion.
Beberapa kejadian unik yang menunjukkan eratnya gamellagio Lazio-Inter:
Persahabatan Fans Lazio dan Intermilan |
Nasib Tragis Zaccheroni, 5 Mei 2002
Pada pertandingan giornata 34 musim 2001/2002 tanggal (match terakhir, karena saat itu Serie A hanya berisi 18 tim), terjadi peristiwa yang unik di Stadio Olimpico pada laga Lazio vs Inter. Saat itu Inter di ambang juara karena cukup dengan mengalahkan Lazio maka mereka akan meraih scudetto mengungguli Juventus. Maka Laziali di Stadio Olimpico, dimotori Irriducubili Lazio mendukung Inter habis-habisan dan meminta Lazio kalah, agar yang mendapatkan scudetto Inter, rival Lazio: Juventus. Sayangnya malam itu para punggawa Nerazzurri gagal meraih scudetto yang sudah di depan mata, kalah 2-4 dari Biancoceleste. Dan Juventus merebut scudetto dengan 71 poin, diikuti Roma dengan 70 poin. Inter sendiri di posisi ketiga dengan 69 poin. Akibat kejadian ini, Irriducibili Lazio mendemo manajemen Lazio dan meminta allenatore Lazio, Alberto Zaccheroni dipecat. Zaccheroni pun akhirnya mengundurkan diri. Dia dimusuhi Laziali justru karena timnya memenangkan laga. Ironis, tapi itulah jiwa Irriducibili Lazio: persahabatan dan solidaritas ditempatkan di atas sepak bola itu sendiri.
Stadio Giuseppe Meazza Tanpa Banner dan Flare, 15 November 2007
Banner di Stadion Giuseppe Meazza |
Empat hari sebelumnya, seorang DJ terkenal di kota Roma, Gabriele Sandri, seorang pendukung ultras Lazio, menjadi korban tak berdosa dalam kerusuhan antara sekelompok suporter anarkis Juventus dan kepolisian kota Roma. Sandri tertembak di bagian belakang kepalanya oleh polisi. Kerusuhan pun meledak, menuntut keadilan. Tidak hanya karena para Laziali menyerang kantor polisi Roma, tapi juga di Milano, oleh Interisti menyerang kantor polisi Milano, menunjukkan solidaritasnya. Untuk menghormati Sandri, Inter menunda sehari pertandingan Inter vs Lazio di Stadio Giuseppe Meazza yang seharusnya digelar 14 November. Saat pertandingan berlangsung, Boys SAN Inter memprakarsai mengheningkan cipta selama 5 menit di stadion untuk menghormati Sandri. Dan malam itu, di Curva Nord Giuseppe Meazza, tempat para Interisti, sama sekali tidak terlihat sepotong pun spanduk, banner ataupun sebuah flare pun yang mereka nyalakan. Kelompok-kelompok ultras Inter hanya membentangkan sebuah spanduk besar dengan tulisan warna biru langit berlatar belakang biru gelap bertuliskan: “Gabriele Sandri, Kau Akan Selalu Berada di Hati Kami”.
Korban Berikutnya, Jersey No 12 SS Lazio, Minggu, 2 Mei 2010
Stadio Olimpico Roma dipenuhi pendukung Lazio dan Inter yang menantikan pertandingan Serie A giornata 36 musim 2009/2010. Pertandingan ini sangat menentukan bagi kedua tim. Bagi inter, memenangi pertandingan ini akan mempermudah meraih Scudetto, dan akan mengambil alih poisisi cappolista dari AS Roma yang sementara unggul 1 poin. Bagi Lazio memenangi pertandingan ini akan lebih mengamankan diri dari kemungkinan degradasi ke Serie B, karena saat itu Lazio berada di posisi 17 dan hanya terpaut 4 poin dari zona merah.
Ritual gamellagio seperti pada pembuka tulisan ini pun dilakukan. Itu hal biasa. Yang luar biasa adalah banyak bendera Inter dan spanduk-spanduk pemberi semangat bagi Inter dikibarkan oleh Irriducibili Lazio. Yang paling mencengangkan tentu saja sebuah spanduk para Laziali yang ditujukkan kepada para pemain Lazio sendiri: “Kalau sampai menit ke 80 Lazio unggul, kami akan masuk ke lapangan!” Spanduk ini disita polisi tak lama kemudian tetapi muncul spanduk-spanduk lain yang tak kalah mengerikan: “Nando (maksudnya Fernando Muslera), biarkan bola melewatimu, dan kami akan tetap menyayangimu.” “Zarate, satu gol saja kau cetak, kami paketkan kau ke Buenos Aires.” Rupa-rupanya para pendukung Lazio ingin agar Inter mengalahkan timnya malam itu, untuk melicinkan jalan Inter menuju scudetto. Mereka lebih memilih risiko Lazio turun ke Serie B daripada Roma yang memperoleh scudetto.
Suasana pertandingan pun menjadi sangat aneh. Lazio sama sekali tidak memperoleh dukungan fans-nya sendiri walaupun bermain di Olimpico. Sebaliknya Inter sebagai tamu justru memperoleh dukungan luar biasa. Setiap kali pemain Inter menguasai bola, para Laziali berteriak, “Biarkan mereka lewat!” Malam itu portiere Lazio, Fernando Muslera, bermain sangat gemilang. Tak kurang dari 10 penyelamatan luar biasa dilakukannya. Tiap kali Muslera menggagalkan gol Inter, teriakan cemoohan pun berkumandang ke arahnya. Akhirnya pada injury time babak pertama, tandukan Walter Samuel mengubah skor menjadi 0-1. Stadion bergelegar dan muncul spanduk ejekan dari Laziali bertuliskan, “Oh, Noooo Roma!” dan, “Scudetto Game Over, Roma!”
Bannner yang dibetangkan fans Lazio |
Di babak kedua mental pemain Lazio (kecuali Muslera yang tetap bermain gemilang) pun runtuh. Kesalahan demi kesalahan dilakukan dan membuat Thiago Motta menggenapkan kemenangan Inter menjadi 0-2 di menit ke 70. Di akhir pertandingan, para pemain Lazio meninggalkan pertandingan dengan sedih dan marah karena merasa “dihianati” Laziali. Presiden Roma, Rosella Sensi mengecam habis-habisan ulah Laziali tersebut. Jose Mourinho hanya berkomentar pendek, “Saya belum pernah menyaksikan yang seperti ini.” Asisten pelatih Lazio mengakui bahwa anak asuhnya sangat terpengaruh oleh suasana stadion dan tidak bisa menampilkan performa terbaiknya.
“Saya belum pernah menyaksikan yang seperti ini.” -jose mourinho- |
Inter akhirnya merebut scudetto 2009/2010 dengan keunggulan 2 poin atas AS Roma. Syukurlah, Lazio mampu memenangi 2 laga sisa, terhindar degradasi dan menempati posisi akhir klasemen di urutan ke 12. Insiden ini membuat presiden Lazio, Claudio Lotito marah besar. Tahun 2003 Lazio memutuskan untuk mengistirahatkan jersey no. 12 sebagai penghormatan pada Irriducibili Lazio sebagai “pemain ke 12″. Tetapi karena kejadian ini (ditambah lagi dengan kehadiran politisi lawan Lotito di tribun Irriducibili Lazio beberapa pertandingan sebelumnya) maka jersey no. 12 ditarik kembali dari peristirahatannya dan pada musim 2010/2011 dipakai oleh portiere kedua Lazio, Tomasso Berni. Musim 2011/2012 jersey no 12 dipakai oleh difensore Marius Stankevicius. Satu bukti lagi, bahwa bagi Irriducibili Lazio, persahabatan dan solidaritas adalah yang terpenting.
Kawan dan Rival Bersama, Bagaimana di Indonesia?
Sejarah telah berbicara, dan akhirnya menempatkan AS Roma, AC Milan dan Juventus sebagai rival bersama Lazio dan Inter. Di Indonesia, gamellagio Lazio-Inter ini masih sangat kurang terasa. Tak jarang Laziali dan Interisti justru terlibat perdebatan panas di berbagai grup dan fanpage. Padahal di Italia, persaudaraan ini demikian erat di dunia maya dan di dunia nyata. Yang telah ada adalah menempatkan AS Roma, AC Milan dan Juventus sebagai rival bersama. Satu keanehan lagi di Indonesia, Milanisti dan Juventini cenderung bersahabat, sementara di Italia, mereka berdua adalah rival.
Statistik dan Rekor
Giuseppe Favalli memegang rekor penampilan resmi bersama Lazio dengan 401 penampilan dalam 12 tahun tampil bersama Lazio dari tahun 1992 hingga 2004. Rekor untuk kiper Luca Marchegiani, dengan 229 penampilan, sementara rekor untuk penampilan liga dipegang oleh Aldo Puccinelli dengan 339 penampilan.
Silvio Piola menjadi pencetak gol terbanyak dengan 148 gol. Piola telah bermain bersama Pro Vercelli, Torino, Juventus dan Novara, juga sebagai pencetak gol terbanyak dalam sejarah Serie A dengan 274 gol. Simone Inzaghi pencetak gol terbanyak Lazio di kompetisi Eropa dengan 20 gol.Ia juga salah satu dari lima pesepak bola yang dapat mencetak empat gol dalam satu partai di Liga Champions UEFA. Tommaso Rocchi saat ini menjadi pencetak gol terbanyak untuk Lazio.
Partai Lazio melawan Foggia pada 12 Mei 1974 menjadi partai dengan penonton terbanyak dengan 80.000 penonton, partai ini adalah partai penganugerahan Scudetto pertama Lazio. Partai ini juga menjadi rekor penonton terbanyak untuk Stadion Olimpico, termasuk dengan partai A.S. Roma dan tim nasional sepak bola Italia.